Lokasi pertama pengukuran dilaksanakan di Desa Ngelo, Dusun Jipangulu, dengan objek tanah wakaf milik Bapak Nyono. Tanah tersebut diwakafkan kepada Yayasan Pendidikan Islam Fathul Ulum Jipangulu untuk keperluan Pondok Pesantren Fathul Ulum, sebuah lembaga pendidikan yang telah lama menjadi pusat pembinaan akhlak dan ilmu keagamaan di wilayah tersebut.
Kedatangan tim pengukuran di Desa Ngelo disambut hangat oleh Kepala Desa Ngelo, Tri Maryono, beserta Kepala Dusun Tarmuji, jajaran kaur desa, serta wakif Bapak Nyono yang turut menyaksikan proses pengukuran. Kehadiran para tokoh desa ini menjadi bukti dukungan nyata terhadap tertib administrasi dan legalitas aset wakaf di wilayahnya.
Proses pengukuran berjalan lancar dan selesai sekitar pukul 13.15 WIB. Setelah memastikan seluruh batas tanah terdata dengan baik, Tim BPN yang dipimpin oleh Mas Rizqi melanjutkan perjalanan menuju Desa Meduri untuk melakukan pengukuran berikutnya.
Namun, di tengah perjalanan, hujan deras yang mengguyur kawasan pertigaan Watu Jago membuat tim memutuskan untuk berhenti sejenak sambil menunggu cuaca kembali bersahabat. Meski demikian, semangat para petugas tak surut sedikit pun — mereka tetap teguh melanjutkan tugas dengan penuh tanggung jawab dan niat tulus demi menjaga amanah umat.
Usai hujan reda, tim segera melanjutkan perjalanan menuju Desa Meduri untuk melaksanakan agenda berikutnya. Lokasi pertama di desa ini adalah Masjid At-Taqwa Dusun Kenongodengkol, yang menjadi salah satu titik penting dalam rangkaian pengukuran hari itu.
Sekitar pukul 14.00 WIB, Tim BPN bersama KUA Margomulyo mulai melakukan pengukuran dengan penuh ketelitian. Proses berjalan lancar, disaksikan oleh takmir masjid, perangkat desa, serta masyarakat setempat. Suasana khidmat terasa menyelimuti kegiatan, seolah menjadi saksi akan pentingnya menjaga amanah harta wakaf demi kemaslahatan umat.
Namun, selepas pengukuran di Masjid At-Taqwa selesai, tim belum beranjak pulang. Agenda masih berlanjut ke obyek wakaf berikutnya, yaitu Musholla Al-Hidayah, yang juga berada di Dusun Kenongodengkol. Waktu menunjukkan pukul 15.15 WIB, ketika langit mulai menghitam dan angin bertiup kencang. Rintik hujan yang awalnya lembut, perlahan berubah menjadi deras mengguyur bumi.
Tim mencoba bertahan, berharap hujan segera reda agar pengukuran dapat dilanjutkan. Namun takdir berkata lain — petir bersahutan di langit, menggema keras seperti dentuman perang yang menggetarkan hati, mengingatkan semua akan kedahsyatan kekuasaan Allah. Kilatan cahaya memecah langit, menyambar di kejauhan bagaikan kilat di medan perang — “bak serangan Iran ke Israel beberapa waktu yang lalu,” ujar salah satu anggota tim dengan nada bergetar, menggambarkan betapa hebatnya badai sore itu.
Meski semangat masih membara, keselamatan menjadi prioritas utama. Setelah menunggu hingga pukul 17.15 WIB dan hujan belum juga mereda, akhirnya Tim BPN bersama KUA Margomulyo bersepakat menunda sisa pengukuran ke hari berikutnya. Keputusan ini diambil dengan penuh kebijaksanaan, sebab memaksakan diri di tengah badai bisa berisiko besar.
Dengan demikian, untuk hari itu, pengukuran di Desa Meduri baru berhasil menyelesaikan satu obyek wakaf, sementara masih tersisa sekitar empat obyek lagi yang akan dilanjutkan pada jadwal berikutnya.
Kendati cuaca menghalangi langkah, semangat para petugas tidak pernah surut. Mereka sadar, perjuangan menjaga dan menertibkan harta wakaf bukan hanya tugas kedinasan — melainkan ibadah mulia yang menuntut kesabaran, ketulusan, dan keberanian di tengah segala ujian alam.
Kegiatan ini mencerminkan komitmen bersama bahwa wakaf bukan sekadar ibadah sosial, tetapi juga pondasi keberkahan dan kesinambungan manfaat bagi generasi yang akan datang.

.png)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar