Rabu, 02 Juli 2025

"Sabar... Ini Ujian": Kisah Syahdu dan Lucu Pejuang Map Snal

 


Di antara dua belas wajah baru yang kini menghiasi Kantor Urusan Agama (KUA) Margomulyo, ada dua sosok yang pelan-pelan mencuri perhatian karena kebaikan hati dan semangat pengabdian mereka: Pak Udin dan Pak Sakiman. Keduanya bukan hanya pegawai baru, tetapi juga segera menjadi rekan seperjuangan dalam urusan yang tak disangka-sangka: misi pengantaran berkas ke Bagian Unit Kepegawaian (UP) Kemenag Bojonegoro.

Hari itu, tugas mulia mengantar berkas pertama kali diemban oleh Pak Udin dan Pak Rosyidi. Semangat pagi mereka begitu menggebu, dengan map warna-warni yang rapi mereka bawa—sayangnya, harapan tinggal harapan. Sesampainya di bagian Kepegawaian, berkas mereka ditolak halus. Bukan karena isinya salah, melainkan mapnya... kekecilan! Ternyata pihak keuangan sudah menentukan spesifikasi: ukuran map 3–5 cm! Pak Udin dan Pak Rosyidi pun hanya bisa saling pandang, lalu tertawa pahit sembari berkata, "Wah, kita pulang dulu ya... beli map!"

Sesampainya di KUA, seluruh teman satu tim langsung sigap. Seolah ada alarm darurat, semua tangan bekerja sama: mengganti map, merapikan kembali berkas, dan memastikan semuanya sesuai aturan. Suasana berubah jadi seperti dapur umum menjelang Idul Fitri—ramai, sibuk, tapi hangat.

Esok harinya, karena Pak Rosyidi berhalangan, posisi digantikan oleh Pak Sakiman. Maka berangkatlah Pak Udin dan Pak Sakiman, berdua dalam satu kendaraan, membawa harapan dan... map besar ukuran 5 cm.

Namun, sesampainya di bagian keuangan, cobaan kembali datang. Kali ini masalahnya berbeda: map-nya terlalu besar! Ya, benar. Kalau kemarin terlalu kecil, sekarang malah kebesaran. Pak Udin melongo, sementara petugas keuangan cuma bisa tersenyum maklum. Dan di tengah suasana yang nyaris canggung itu, tiba-tiba terdengar celetukan khas dari Pak Sakiman yang disambut tawa pecah semua orang:

"Sabaaaarrr... Ini ujian!" ucapnya sambil tertawa lebar, seolah ingin berkata: "Kalau semua serba mudah, ya bukan hidup namanya!"

Kisah sederhana ini mungkin hanya sebaris episode dari perjuangan para ASN baru. Tapi dari sana, kita belajar bahwa pengabdian itu tak melulu soal tugas besar, tapi justru teruji dari hal-hal kecil yang menguras kesabaran. Bahwa tawa bisa menjadi penyelamat di tengah tekanan, dan bahwa kerja tim, seberapapun sederhana, adalah fondasi kuat dalam melangkah ke masa depan.

Salam hormat untuk semua pejuang administrasi dan map 5 cm di luar sana—yang tetap tersenyum meski harus bolak-balik Bojonegoro demi selembar berkas.


Di Balik Map yang Terlalu Besar, Ada Hikmah yang Lebih Luas

Masih dalam sisa tawa dan semangat yang belum reda, Pak Udin dan Pak Sakiman perlahan melangkah meninggalkan ruangan Bagian Kepegawaian. Bukan dengan wajah murung, tapi justru dengan langkah ringan yang dipenuhi rasa syukur. “Yah, meski belum diterima, setidaknya kita sudah belajar lagi hari ini,” ujar Pak Udin sambil memegang map besar yang kini terasa seperti simbol perjuangan, bukan sekadar alat administrasi.

Dalam perjalanan pulang, angin Bojonegoro yang lembut menyapa mereka, seakan ikut menyampaikan pelajaran bahwa tidak semua yang kita rencanakan akan berjalan mulus. Kadang, kita harus tersandung, tertunda, bahkan diputar balik… hanya untuk diajarkan satu hal penting: kerendahan hati.

“Pak Udin,” ucap Pak Sakiman sambil tersenyum kecil, “barangkali ini cara Allah ngajari kita, bahwa jadi abdi negara bukan cuma soal paham aturan, tapi paham sabar…”

Pak Udin mengangguk. Ia terdiam sejenak sebelum berkata lirih, “Benar, Pak. Kita ini sedang dilatih... bukan hanya jadi pegawai yang rajin, tapi jadi manusia yang lapang.”

Tak lama kemudian, mereka pun tiba kembali di KUA Margomulyo. Disambut senyum rekan-rekan yang sejak tadi menunggu kabar. Ketika diceritakan bahwa map-nya lagi-lagi salah, ruangan itu sontak pecah dalam gelak tawa. Tapi kali ini tawa mereka bukan tawa mengejek, melainkan tawa yang lahir dari rasa senasib sepenanggungan—karena mereka tahu, semua ini adalah bagian dari proses tumbuh bersama.

Dari kisah itu, tersirat satu pelajaran agung:
Bahwa dalam pengabdian, kita tak hanya membawa berkas, tapi juga membawa niat yang ikhlas. Bahwa dalam setiap kesalahan, ada ruang untuk saling menguatkan, bukan menyalahkan. Dan bahwa dalam setiap "map salah ukuran", Allah sedang mengukur seberapa besar kesungguhan hati kita.

Petuah untuk Kita Semua:

“Hidup ini seperti perjalanan dengan map administrasi: kadang terlalu kecil, kadang terlalu besar. Tapi jangan berhenti hanya karena ukurannya salah—terus perbaiki, terus belajar, karena yang penting bukan cepat sampai, tapi selamat dan berakhlak saat sampai.”

Dan di situlah makna sesungguhnya dari sebuah pengabdian: bukan semata tugas yang selesai, tapi proses yang menumbuhkan hati. Terima kasih Pak Udin dan Pak Sakiman, telah mengajari kami arti ketulusan... dengan selembar map dan segenggam tawa.


By: druns